Pendaratan di pantai Roi tidak menemui banyak perlawanan dari Jepang. Selain akibat bombardermen berhari-hari sebelumnya, ternyata kekuatan pasukan Jepang tidaklah sebesar yang diperkirakan semula. Pasukan Marinir dengan cepat mendaratkan tank-tank ringan dan medium untuk mendukung serbuan ini. Amtrac yang mendaratkan Marinir ke pantai, juga ikut menerjang masuk ke daratan karena kini telah dipersenjatai dengan meriam dan senapan mesin.
Selalipun begitu,pasukan infanteri Marinir bersikap hati-hati dalam gerak majunya, sehingga seringkali tank maupun amtrac yang merangsek maju tidak atau kurang memperoleh perlindungan infanteri. Sehingga menimbulkan kesan mereka gegabah dan kurang berkoordinasi. Para perwirapun memang acap kehilangan kontrol terhadap pasukannya. Barulah menjelang sore mereka berhasil kembali mengendalikan tank-tank mereka yang terlalu jauh meninggalkan satuan infanterinya. Perlawanan terorganisasi dari pasukan Jepang di kawasan pantai berhasil dilumpuhkan, sehingga petang hari itu seluruh garis pantai Roi telah dikuasai Marinir, termasuk memblokir jalan bagi musuh untuk masuk dari Namur.
Jika 23 Marine Battalion di Roi menghadapi perlawanan relatif ringan di pantai pendaratan, maka lain halnya dengan 24th Battalion yang menyerbu Namur. Tank-tank yang didaratkan belum-belum sudah menghadapi parit-parit anti tank di pantai, sehingga mereka tidak dapat maju secepat seperti direncanakan semula. Mereka tertahan dan hanya dapat membantu infanteri dengan tembakan meriamnya. Pasukan infanteri yang didaratkan dalam gelombang pertama pun mengalami kesulitan mengenali tanda-tanda di kawasan pantai yang sudah mereka pelajari sebelumnya. Ini disebabkan oleh hancur dan berubahnya kondisi serta wajah pantai sebagai akibat bombardermen dahsyat sebelumnya. Karena itu kemajuan gerak mereka pun terhambat.
Sebuah tank ringan M3 Marinir jadi korban
serangan infanteri Jepang di Namur
Dua kompi yang daerah sasaran masing-masing sudah ditentukan pun juga kacau. Mereka tercampur baur di tengah gelapnya kepulan asap pertempuran. Namun mereka tak peduli dan berusaha maju, sedangkan sisa 24th Battalion baru mendarat setelah amtrac pendarat tersedia. Begitu mendarat, merekapun langsung ikut menjadi pasukan terdepan bersama Marinir yang telah lebih dulu mendarat dan bertempur. Kemajuan paling jauh yang mereka capai hanyalah sekitar 50-60 meter dari garis pantai. Mereka terpaku di tempat karena sengitnya perlawanan Jepang.
Pertempuran di Roi lebih gampang dijalankan oleh pasukan penyerbu yang masih kurang pengalaman itu karena kondisi pulau yang datar, tanahnya keras dan terbuka. Sebagian besar Roi berupa pangkalan udara dengan landasan-landasan terbangnya yang membentuk segitiga. Sedangkan Namur masih diliputu semak belukar, sehingga memudahkan pasukan Jepang melawan dai tempat persembunyian mereka. Kubu pertahanan Jepang yang tersembunyi dan sulit ditemukan, dilewati begitu saja oleh pasukan Marinir terdepan, untuk ditangani oleh pasukan di belakangnya.
PETA Roi-Namur
Pulau Roi-Namur dilihat dari udara
Sebuah bunker jepang yang ditemukan, dikepung dan diledakkan oleh regu demolisi Marinir. Bungker itu ternyata tempat penyimpanan mesiu dan torpedo, sehingga meledak dahsyat dan memicu ledakan lagi pada dua tempat penyimpanan lain di dekatnya. asap dan debunya menyelimuti pulau tersebut. "The whole damm island has blown up!" seru seorang pilot yang menyaksikan dari pesawatnya. Akibat ledakan hebat ini, 20 Marinir tewas dan lebih dari seratus lainnya terluka. Sebuah lubang seukuran kolam renang besar menganga di bekas tempat ledakan tadi.
Ledakan bungker mesiu dan torpedo Jepang
dilihat dari jauh
Ledakan yang tidak disangka-sangka dengan korban besar ini sempat mengacaukan 24th Battalion, sehingga mereka tidak mampu menyamakan gerak majunya dengan pasukan 23rd Battalion di Roi. Padahal sore hari itu kedua pasukan seharusnya sudah dapat mengamankan objek serbuan masing-masing. Pasukan 24th Marine Battalion ini sempat shock dan organisasinya pun kacau. Tetapi para perwira berusaha sekuatnya untuk konsolidasi kembali, sehingga dengan dukungan tank-tank medium sore hari itu mereka mampu bergerak kembali. Panglima divisi yang mendarat di Namur sore itu, langsung memperoleh laporan perlunya tambahan pasukan. Ia memerintah sepasukan tank dipindahkan dari Roi ke Namur melewati jembatan pasir yang menghubungkan kedua pulau ini.
Pasukan tank mempelopori gerak maju 24th Battalion. Tetapi mereka kekurangan amunisi sehingga gerakan dihentikan sementara. Senja hari itu pasukan Marinir berhasil menguasai dua pertiga Namur sebelum berkonsolidasi untuk bergerak lagi esok fajar. Malam itu Jepang melancarkan serangan balik, dan memancing Marinir untuk menghamburkan peluru terhadap sasaran imajiner. Serangan malam Jepang yang lebih berarti dilakukan fajar hari pada celah antara kedua batalion Marinir. Pertempuran sengit terjadi. Tank-tank Marinir ikut menahan serangan yang dilakukan secara fanatik. Prajurit Jepang dengan granat tangan menabrakkan diri ke tank. Granat meledak dan tubuhnya binasa, namun tank tetap kokoh utuh. Bahkan ada opsir-opsir Jepang yang menyerang kendaraan baja itu hanya dengan bersenjata pedang samurai!
Pasukan dari kedua batalion saling bekerjasama untuk menahan Jepang, yang akhirnya berhasil dipukul mundur. Bahkan pertempuran ini membuat posisi pasukan Marinir bertambah maju. Sehingga rencana operasi berikut malah terjadi lebih awal, dan pada tengah hari kedua sasaran Roi dan Namur pun berhasil dikuasai sepenuhnya. Marinir tinggal melakukan operasi pembersihan. Sekitar pukul empat sore pada 1 Februari kedua pulau telah dinyatakan aman.
Kemenangan pasukan Marinir atas Jepang di Roi-Namur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar