Walaupun tanggal 9 Juli, Pulau Saipan sudah dinyatakan aman, tetapi horor di Saipan masih berlanjut. Di ujung utara pulau yang pantainya curam berbatu-batu karang, ratusan penduduk sipil Jepang bergabung dengan sejumlah kecil sisa prajurit Jepang melakukan bunuh diri massal. Pengeras suara dari penerjemah pasukan AS menyatakan mereka akan dijamin keselamatannya dan diharapkan kembali ke tempat masing-masing. Namun seruan dan imbauan itu tidak dihiraukan. Mereka telah termakan propaganda Jepang selama ini, bahwa jika kalah mereka akan "dimakan" oleh orang AS.
Seorang prajurit Marinir berbicara dengan wanita Chamoro bersama
anak-anaknya yang ketakutan dalam pelarian
Pemandangan yang mengerikan sekaligus memilukan tampak di depan mata. Orang tua melemparkan bayi dan anak-anak mereka dari atas tebing curam ke laut, lalu menyusul terjun. Banyak keluarga yang sengaja menenggelamkan diri sendiri. Ada pula sejumlah orang yang melakukan ritual, dengan membungkukkan badan ke arah pasukan AS yang berada jauh di seberang tebing. Kemudian mereka membersihkan badan, berganti pakaian bersih, menggelar bendera Jepang di batu karang. Selesai ini seseorang membagikan sesuatu yang ternyata granat tangan. Setiap orang membuka kuncinya, lalu mendekapkan granat ke perut masing-masing sampai meledak.
Beberapa warga sipil Saipan yang berhasil diselamatkan oleh pasukan Marinir
Seorang penembak runduk (sniper) Jepang yang tadinya menembaki pasukan Marinir, rupanya melihat sekeluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan empat anaknya kebingungan. Maka senapannya ia arahkan ke ayah tadi. Tembakan tepat mengenai punggungnya, dan iapun terdorong jatuh ke laut. Istrinya menyusul terkena tembakan, terkapar dalam genangan darahnya. Keempat anak yang juga dibidik, sempat diselamatkan oleh seorang wanita yang menarik mereka ke balik batu karang. Penembak itu seolah seperti pahlawan keluar dari gua persembunyiannya, dan langsung dihujani ratusan peluru AS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar